Kedebog Diglundungna

Mulanya biasa aja. Gak resah gak gelisah. Semua berjalan dengan lancar-lancar aja. Setelah empat dari temanku berlomba-lomba tuk ngedapetin hatinya Pipit, hati kecilku membisikkan “Kenapa aku gak sekalian terjun? Toh dia sosok yang sederhana n caem lagi“. Akhirnya turun juga aku tuk bersaing. Singkat kata singkat cerita, tiga dari temenku gagal, yang satu berhasil mengambil hati Pipit. Tapi karena kebiasan buruknya yang belum insaf, maka berakhirlah hubungan mereka sampai disitu.
Sampailah pada giliranku yang terakhir. ”Yes! Akulah yang kan berhasil“, ucapku penuh semangat. Bersamaan dengan perjuanganku mendapatkan pipit, sang pujaan meninggalkan Dawet menuju ke Umminya di Purbalingga. Aku tetap melangkah kemanapun ia pergi. Aku ikut hijrah ke Purbalingga dengan dalih mengaji di pondok pesantren. Pada waktu yang lain aku sempatkan berkunjung kerumah Pipit karena jarak rumah berdekatan dengan ponpes. Dalam kesempatan itu aku bisa bersilaturrahim dengan ortunya, bisa ngobrol dengan Pipit, main, ngaji bareng dan hal lainnya yang jadi kenangan. Tetapi anehnya aku gak bisa ngobrol tentang isi hati. Padahal kesempatan ada didepan mata “terlalu pace kali ya...”
Aku kembali ke kampung halaman dengan hati mangkel dan hampir putus asa. Potong cerita, Pipit disunting orang lain. Pesta pernikahannya berlangsung meriah karena ada hiburan Qasidah. Aku menghadiri resepsi pernikahannya sambil mengusap-usap dada. Dalam hati aku menasehati diriku sendiri “sabar... sabar... ya ... mungkin dia bukan jodohku...”.
Lewat dari seminggu pernikahan Pipit, mereka hijrah ke Batam dan membina bahtera hidup rumah tangga disana. Sampai saat ini mereka dikaruniai 2 orang anak “Wah ... bahagia banget. Aku jadi ngiri!” Bulan Ramadhan kemaren mereka kembali ke Purbalingga dan bersilaturahmi ke Dawet tempat Abinya. Aku menyambutnya dengan terbuka meski masih mangkel. Dan karena mungkin aku pernah curhat ama Anis (adiknya pipit), akhirnya nyampe juga ke pipit. Pipitpun mengatakan bahwa sebenarnya dulu dia suka sama aku dan mengharapkan banget aku menyatakan cinta kepadanya. Mendengar kata di atas aku terus menjerit kuat di relung hati yang terdalam (tapi gak bersuara) “Duh Gusti.... kedebog diglundungna, wong ngajok tak berguna. Kenapa aku harus pace waktu itu?” Serius, I'm still loving her n semoga ku dapat menemukan kembaranya. “Suerr..!!”
By : Kazna D 4W T

0 komentar: