Daun Jatuh (I)


Selembar daun yang terjatuh dari bintang,
pada riak air telaga yang tenang
tlah mengusik senja dalam tidurku

buru-buru malaikat terbangun dari sujudnya
dan bidadari tergopoh-gopoh terbang dari kahyangan
pada selembar daun yang terjatuh dari bintang
dan aku bukanlah apapun...
yang pantas kau sambut dengan sepenuh khidmat
atau kau sembah dengan segala hormat
kau pun tak perlu menundukkan kepala
dan melempar salam seperti putri
tak perlu kau repot dengan s’gala basa-basi

aku bukanlah apapun
bukan pula selembar daun yang terjatuh dari bintang

dan kau pun tak perlu berkata “kau siapa”
kerna aku pun tak pernah peduli pada kata
atau pada apa, siapa dan mengapa
cukuplah kau sekedar menyapa pada hutan cemara
pun tlah dapat kulihat wajahmu pada air telaga
kerna kita tak bisa memilih rupa dan kehidupan macam apa
kita hanyalah manusia biasa, sayang
bahkan mungkin tak lebih berharga dari selembar daun
yang terjatuh dari bintang

Dinda, bagaimana aku harus menghormatimu
sebagai bidadari yang telah menyapaku sebagai manusia
memungutku dari tepian jalan
pada binatang jalang dari kumpulannya terbuang
pada sebentuk rupa yang hanya bisa berkata
tanpa makna

aku hanya bisa memberimu air telaga
untuk kau minum sebagai penawar dahaga
maka inilah aku dinda...
dengan segala yang aku tak punya

0 komentar: